Muhammad Arif

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pemerintah Berwacana Orang Tua Gundah Gulana

Perdamaian, perdamaian

Perdamaian, perdamaian

Perdamaian, perdamaian

Perdamaian, perdamaian

Banyak yang cinta damai

Tapi perang semakin ramai

Banyak yang cinta damai

Tapi perang semakin ramai

Penggalan lirik lagu di atas yang dipopulerkan oleh grup band Gigi ini, mungkin sering kita dengar beberapa tahun lalu. Perdamaian merupakan kata bentukan yang berasal dari kata dasar damai. Kata damai sebagai adjektiva dalam KBBI bermakna tenteram; tenang. Kata ini menjadi tidak seindah maknanya lagi usai pemerintah menggulirkan wacana pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah saat kurva pandemi Covid-19 belum melandai. Rencana pemerintah membuka kembali sekolah untuk proses pembelajaran, dalam rangka new normal agar bisa hidup berdamai dengan Covid-19, nyatanya telah membuat sebagian besar orang tua tidak tenang dan tidak tenteram. Para orang tua gundah melepaskan anak mereka untuk kembali ke sekolah. Wajar rasanya para orang tua merasakan kekhawatiran dan ini manusiawi. Mereka meragukan kesiapan dan kemampuan sekolah dalam menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Wacana ini menunjukkan kurangnya kepekaan sense of crisis para pemangku kebijakan.

Pembukaan kembali sekolah yang tidak diiringi kesiapan institusi pendidikan dalam hal ini sekolah, menjalankan protokol kesehatan yang meyakinkan, tidak ubahnya ‘mengumpankan anak ayam ke rawa penuh buaya lapar’. Pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah hendaknya memperhatikan kondisi epidemilogi masing-masing daerah. Pengkajian yang mendalam dan komprehensif berbasis validitas data yang dapat dipertanggungjawabkan akan memberikan rasa aman bagi siswa, orang tua, tenaga pendidik dan kependidikan. Keselamatan warga sekolah dalam hal ini siswa dan guru haruslah menjadi prioritas.

Alangkah bijaknya jika pemerintah sebelum menelurkan sebuah langkah strategis, apalagi di tengah pandemi Covid-19 harus bercermin dari negara-negara yang gagal dalam pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar. Dinukil dari pemberitaan vivanews.com, Jumat (29/05/20), Lebih dari 200 sekolah di Korea Selatan terpaksa ditutup hanya beberapa hari setelah dibuka kembali, karena ada lonjakan kasus virus corona. Hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi pengambil kebijakan di negeri ini untuk meletakkan keselamatan warga negara di atas segala-segalanya. Pada akhirnya, wacana pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar perlu dipertimbangkan lagi. Jika wacana ini jadi dilaksanakan, maka untuk hidup berdamai dengan Covid-19 di sekolah harus diikuti dengan protokol pencegahan Covid-19 yang ketat. Protokol ini hendaknya dilaksanakan secara disiplin dan penuh tanggung jawab oleh seluruh warga sekolah, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari seperti kata pepatah, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren sekali

29 May
Balas



search

New Post